Kilas Balik Krisis Global Desember 2008
Krisis global membuat pemerintah terus menghitung segala kemungkinan yang bisa meminimalkan dampak negatifnya. Diprediksi krisis masih terjadi tahun depan. Tahun 2008 sebentar lagi berakhir, fajar tahun 2009 segera menyongsong. Berbagai peristiwa ekonomi telah terjadi di sepanjang tahun ini. Tidak jarang peristiwa tersebut menjadi isu hangat yang menjadi perhatian khalayak. Sudah lazim pula di penghujung tahun orang sering mencoba berefleksi atas berbagai peristiwa yang telah terjadi. Untuk itu, tidak ada salahnya jika kita mencoba membangunkan kembali "hasrat" ingatan kita tentang berbagai peristiwa tersebut
Saat akan memasuki tahun 2008. perekonomian
Setidaknya, kondisi ini mengingatkan banyak orang dengan sejarah gejolak harga minyak mentah dunia yang terjadi padal974yang dikenal dengan sebutan shock oil Kejadian tersebut disebabkanfaktor geopolitik akibat perang Arab-Israel yang disusul dengan embargo minyak oleh negara-negara Arab. Gejolak harga minyak mentah dunia yang terjadi sangat signifikan. Peristiwa itulah yang membuat Pemerintah
Sementara itu, krisis yang bermula dari kredit macet perumahan (subpnme mon-Rage) di Amerika Serikat (AS) mulai dirasakan sejumlah negara.
Harga premium yang semula Rp4.500 per liter naik menjadi Rp6.000 per liter. Solar yang semula Rp4.000 per liter menjadiRp5.500 per liter, sedangkan minyak tanah yang semula Rp2.000 per liter menjadi Rp2.500 per liter. Pada saat itu, patokan harga minyak mentah Indonesia (ICP) adalah USD 95 per barel. Pemerintah dalam APBN-P (Perubahan) 2008 juga mengubah volume bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Sedianya pemerintah hanya menyediakan 35,8 juta kiloliter BBM bersubsidi, diganti men-jadi 39 juta kiloliter. Sementara program konversi minyak tanah ke elpiji yang sedianya ditargetkan 2 juta kiloliter diubah menjadi 1 juta kiloliter. Dengan adanya perubahan ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani saat itu mengungkapkan, bila ada langkah pengamanan, defisit bisa ditekan menjadi 2,1 % dari PDB atau sebesar Rp89,l triliun.
Perubahan asumsi makroekonomi dalam APBN-P itu merupakan langkah antisipasi pengaman terhadap gejolak pasar. Jika pemerintah tidak melakukan tindakan pengamanan, diperkirakan pendapatan negara hanya mencapai Rp786,4 triliun. Namun bila dalam APBN-P dilakukan langkah pengamanan, pendapatan negara ditargetkan meningkat menjadi Rp825,8 triliun. Di sisi lain lewat langkah pengamanan, belanja pengamanan bisa diselamatkan menjadi Rp914,9 triliun.
Selain perubahan APBN 2008 lebih awal, pemerintah juga sudah mempersiapkan sembilan langkah pengamanan guna menekan dampak krisis global ini.Termasuk di dalamnya dua langkah menyangkut masalah pangan, yaitu pengurangan beban pajak atas komoditas pangan strategis dan penambahan subsidi pangan. Namun, sembilan langkah dan perubahan APBN 2008 tersebut temyata belum bisa mengamankan perekonomian Indonesia saat itu.Bahkan, ketika kenaikan harga minyak saat itu terus tak terkendali, akhirnya pemerintah meminta agar APBN-P diubah kembali.
Kondisi pasar global yang tidak mendukung saat itu membuat kondisi perekonomian 2008 "kocar-kacir". Setelah APBN mengalami beberapa kali perubahan,
Beberapa saham utama seperti Nikkei Jepang, dan Straits Times Index Singapura turun ke level terendah dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Tidak berhenti di situ, perlambatan ekonomi global pun mulai mengancam sektor riil di Indonesia. Industri kerajinan, manufaktur hingga pertanian kembali mengalami ujian yang cukup berat. Pasar ekspor bagi komoditas ini pun mulai menyusut satu per satu. AS sebagai salah satu tujuan ekspor utama tidak lagi mampu menyerap komoditas ekspor
Setidaknya, krisis global yang terjadi saat im menjadi salah satu sumber yang cukup memberatkan pada 2008 ini. Apalagi, perlambatan perekonomian itu masih terasa hingga awal 2009 ini. Untuk itu, mari kita tingkatkan gairah perekonomian di tahin 2009 ini.
By: Jhonson A. Sutanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar