3.22.2009

PASAR DALAM PERSPEKTIF MAKRO EKONOMI

By: Jhonson A. Sutanto &

Mr. Silvanus ginting, SE

Gubernur Bank Indonesia sering menyebut di media bahwa pasar sangat sulit dikendalikan,sehingga nilai tukar rupiah semakin lama semakin mendekati angka Rp.12.000 per US$1,dan dikhawatirkan mencapai kisaran Rp.16.000 per dollarnya. Pada saat sekarang ini, dapat kita lihat di media cetak maupun elektronik, harga pasar saham yang terus menurun. Pasar komoditi harganya menjadi anjlok, pasar minyak bumi yang harganya terus turun,dsb. Oleh karena itu,penulis ingin menulis mengenai bagaimana pasar itu sebenarnya. Meskipun kita selalu mendengar kata pasar, namun demikian masih banyak orang yang belum mengerti apa arti pasar. Baik orang awam, ekonom maupun pelaku di pasar, wajib memahami dengan baik bagaimana pasar itu sebenarnya agar dapat menghindari kerugian2 yang besar yang diderita oleh para pelaku pasar. Pada umumnya, pasar dapat diartikan sebagai tempat pertemuan antara pembeli dan penjual. Di dalam pasar ini, terjadi negosiasi mengenai harga, sehingga akhirnya ada kesepakatan harga dari suatu barang maupun jasa dan itulah yang disebut sebagai harga pasar.

Dalam ilustrasi di atas,kita lihat proses terjadinya harga itu masih sangat sederhana,dan harga itu hanya ditentukan oleh dua belah pihak yaitu penjual dan pembeli. Dalam lingkup yang lebih luas, pasar dipengaruhi oleh banyak pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung sehingga pasar itu tidak bisa diramalkan oleh siapapun. karena terdapat invisible hand yang mengatur pasar, apakah harganya akan naik atau turun.

Sehingga dalam pasar ini, setiap pelaku pasar wajib mempergunakan intuisinya dengan baik. banyak faktor yang dapat mempengaruhi pasar,antara lain jumlah persediaan,tingkat permintaan, keadaan cuaca, bencana alam, pola konsumsi masayarakat, perubahan penghasilan (daya beli), faktor psikolgi para pelaku pasar dan banyak lagi faktor2 lainnya yang mempengaruhi pasar. Namun yang jelasnya, pasar pada umumnya bersifat tenang, tetapi adakalanya pasar bisa bergejolak. Ibarat laut yang dilanda tsunami, tidak ada seorangpun yang mampu menahan gelombang tsunami,demikian juga dengan pasar ini. Yang ada hanya kita bisa menghindar dari gelombang tsunami tsb. Pemahaman yang baik mengenai pasar setidak-tidaknya dapat mencegah atau mengurangi kerugian yang besar.

Lalu,bagaimana pengaruh pasar terhadap perekonomian suatu individu atau institusi bisnis?

Apabila pasar dalam keadaan stabil, perekonomian akan terus bertumbuh dan berkembang, produksi barang dan jasa meningkat, demikian juga dengan nilai ekspor barang.

tetapi banyak pelaku bisnis yang melakukan transaksi bisnisnya tanpa memperhatikan prinsip-prinsip kehati-hatian. Pada umumnya, pelaku pasar ingin mencari keuntungan setiap terjadinya transaksi; tetapi dalam suatu kejadian, bisa saja merka menderita kerugian walaupun kejadian ini tidak diingini oleh mereka. Mereka melihat pasar adalah suatu keadaan yang stabil, tenang, tidak ada gejolak, dan mereka tidak melakukan reserve untuk mengatasi terjadinya gejolak di pasar.Akan tetapi, sekali pasar bergejolak, maka akan ada banyak para pelaku ekonomi yang bertumbangan di pasar. Hal ini dapat dilihat dengan turunnya nilai ekspor, kekeringan likuiditas di perbankan yang disebabkan kredit macet, harga2 saham yang anjlok di pasar modal, dan juga dapat menimbulkan efek domino yang disebut sebagai resesi ekonomi. Prinsip kehati-hatian yang harus diterapkan oleh para pelaku pasar disebut sebagai konservatisme. Prinsip ini, antara lain meliputi: tindakan membuat cadangan atau reserve untuk menghadapi hal-hal yang tidak terduga seperti perubahan2 pasar yang ekstrim; membuat diversifikasi investasi (don’t put all eggs in one basket).

Kerugian apakah sebenarnya yang bisa ditimbulkan oleh pasar?

Pasar dapat memberikan dampak yang sangat penting dalam perekonomian. Keuntungan dan kerugian dapat saja dirasakan oleh para pelaku pasar. Keadaan yang akhir-akhir inil dialami oleh pasar di seluruh dunia dan dialami oleh negeri kita disebut sebagai krisis global yang memberi multiplier effect ke segala aspek perekonomian. Dalam krisis global sekarang ini, dimana pasar tidak dapat diprediksi oleh siapapun, banyak orang yang sebelum krisis global ini memiliki nilai aktiva dalam bentuk portofolio ratusan miliar rupiah. Tiba-tiba, pasar dilanda krisis dan aktivanya bisa turun hingga 60%. Kejadian ini membuat banyak orang menjadi stress dan bahkan ada yang sampai ingin mengakhiri hidupnya.sedemikian dahsyatnya pengaruh gejolak pasar terhadap nilai harta suatu indivitu ataupun institusi sehingga penulis merasa tertarik untuk menurunkan artikel ini sebagai salah satu acuan agar menambah waawasan untuk mengatasi gejolak pasar terhadap kekayaan atau harta masing2. pemahaman yang baik mengenai pasar setidak-tidaknya dapat mencegah atau mengurangi kerugian2 yang tidak perlu.



Selengkapnya...

3.14.2009

KAPITALISME KEKINIAN

By: Jhonson A. Sutanto

Krisis finansial saat ini menyingkap gejala awal dari perubahan sosio-ekonomik yang penting, dan bahkan mungkin revolusioner, dalam dunia. Banyak sudah yang mengatakan bahwa, setelah keruntuhan Tembok Berlin, kapitalisme akan menutupi sosialisme; dan di antara kalangan intelektual banyak dikumandangkan tentang "berakhirnya sejarah". Tidaklah mengejutkan, lebih sedikit yang menyatakan bahwa meskipun sosialisme sedang sekarat di Eropa, ia juga sedang tumbuh subur di Amerika Latin. Pada 1989, serangkaian peristiwa yang dikenal sebagai "El Caracazo" mengacu pada serangkaian protes penting di Venezuela yang menentang neoliberalisme dan "Konsensus Washington" yang bertujuan mengurangi peran Negara dalam ekonomi. Terpilihnya Hugo Chavez pada 1998 bukan saja merupakan reaksi dari kebencian rakyat dan kegagalan neoliberalisme, tapi juga disebabkan oleh represi keras menyusul rangkaian protes tersebut.

Mimpi Smith akan kemakmuran universal diisi dengan dua poin penting yakni bahwa tiap manusia memiliki sentimen mementingkan diri sendiri (self-interest) sekaligus sentimen bergabung dengan masyarakatnya (fellow feeling). Smith begitu yakin bahwa tabiat menahan diri (self-restraint) dapat tumbuh subur dalam suatu masyarakat yang memberi peluang besar bagi setiap orang untuk mengejar kepentingan diri sendiri (pure self-interest). Konsep inilah yang lantas dikenal dengan teori tangan tak tampak (the Invisible Hand). Melalui dua magnum opusnya, The Theory of Moral Sentiments dan The Wealth of Nation, Smith bertumpu pada dua asumsi dasar yang murni sosiologis. Yang pertama, kehidupan manusia terjalin dalam ikatan sosial. Yang kedua, ikatan sosial tersebut mengambil bentuk dan susunan yang khusus bila menyangkut tukar-menukar barang keperluan hidup (ekonomi). Namun, dalam perkembangan selanjutnya ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh keduanya agar dapat memberikan kemakmuran.

Namun, di sisi lain , Karl Marx (1818-1883) yang seorang filosof menyerang sistem ekonomi (corak produksi) kapitalis atau kapitalisme. Bagi Marx, kapitalisme adalah sistem ekonomi yang mementingkan akumulasi modal melalui penciptaan nilai-lebih yang dihasilkan oleh sarana produksi dan tenaga kerja yang dikuasai sepenuhnya oleh satu atau beberapa orang. Marx melihat bahwa tenaga kerja adalah modal yang diobyektifikasi namun si pekerja tidak menyadari itu sepenuhnya kecuali hanya menganggapnya sebagai sesuatu yang lumrah. Di sinilah terjadi apa yang disebut eksploitasi. Marx menulis, “Si pekerja adalah manifestasi subjektif dari kenyataan bahwa modal adalah manusia yang sepenuhnya hilang bagi dirinya sendiri, tepat sebagaimana modal adalah manifestasi objektif dari kenyataan bahwa kerja adalah manusia yang hilang bagi dirinya sendiri. Tetapi kemalangan si pekerja adalah bahwa dirinya adalah suatu modal yang hidup, dan karenanya suatu modal dengan kebutuhan-kebutuhan modal kehilangan bunganya, dan karena itu kehidupannya, setiap saat ia tidak bekerja”.

Kredo Kapitalisme Klasik VS Kapitalisme Mutakhir

Dalam pandangan Mazhab Frankfurt, borjuasi modern Amerika telah berhasil menggunakan rasio instrumental (istilah mazhab Frankfurt) untuk melenyapkan krisis internal di dalam tubuh kapitalisme sebagaimana yang pernah diramalkan Marx. Kenyataan ini juga menyangkut soal modifikasi-diri kapitalisme atau dalam kalimat lain, kemampuan adaptif kapitalisme sehingga ia tak lekang oleh perkembangan ruang dan waktu. Ironisnya, demikian pandangan Mazhab Frankfurt, kelas pekerja atau buruh yang bertindak sebagai agen revolusi dalam logika Marx dan para penganut paham marxisme lainnya, kelas yang diharapkan bisa menggulingkan kekuasaan kapitalisme, justru telah terintegrasi dengan sendirinya ke dalam sistem kapitalisme itu sendiri secara sukarela. Mengapa ini bisa terjadi? Menurut Mazhab Frankfurt, hal itu disebabkan karena kapitalisme mampu mempertahankan kontinuitas keberadaannya melalui penciptaaan budaya konsumerisme. Kemampuan untuk menciptakan budaya konsumerisme disebabkan oleh kelihaian agen-agen kapitalis itu dalam menerapkan rasio instrumental. Dengan menerapkan kemampuan rasio instrumental, kapitalisme pasca industrial mampu menciptakan rasio penyeragaman dan pembendaan kesadaran manusia dengan cara menciptakan kebutuhan-kebutuhan palsu. Rasio instrumental adalah rasio yang memandang realitas sebagai potensi yang dapat dimanipulasi, ditundukkan, dan dikuasai secara total.

Bila dalam teori Adam Smith, pasar bebas merupakan kondisi di mana setiap orang mengabdi pada kepentingan diri sendiri, akan mendatangkan keuntungan bagi semua. Marginal Economics, justru mengganggap pasar bebas sebagai tempat individu maupun perusahaan memajukan kepentingan sendiri. Dan, hal ini akan menuntun individu dan perusahaan tersebut ke arah alokasi sumber daya secara optimal. Teori marjinal melekat dengan rumusan Leon Walras dan Vilfredo Pareto, di mana terdapat dua dalil pokok dalam model tersebut. Yang pertama, dalam pasar bebas competitive equilibrium akan menghasilkan efisiensi yang sangat tinggi. Dimana, supply dan demand akan berada pada posisi yang sama. Yang kedua, dalam keseimbangan seperti ini, tiap upaya yang menguntungkan individu maupun perusahaan akan merugikan perorangan maupun perusahaan lain. Kondisi inilah yang kemudian dikenal dengan pareto optimum.

Mimpi Keseimbangan: Kontradiksi Angan Dan Realita

Dalam banyak hal, terdapat kontradiksi dalam penerapan metode ekonomi mutakhir dengan konsepsi kapitalisme itu sendiri. Menurut ilmu ekonomi ortodoks, perekonomian dunia berisi perusahaan kecil yang continuum, di mana tak ada satu perusahaan pun yang mampu memengaruhi pasar. Sayangnya, kondisi di lapangan berkata lain, dunia perekonomian justru dikendalikan oleh perusahaan-perusahaan besar. Dalil ekonomi klasik telah termentahkan oleh kondisi dunia empiris. Target rasionalitas ditafsirkan menjadi, sukses dan untung yang mengabaikan kepentingan orang lain. Kebebasan pun diletakkan dalam konteks pasar bebas yang indiferen terhadap mereka yang lemah. Keran-keran untuk memeroleh hak atas kesetaraan untuk barang dan partisipasi dalam keputusan sosial-ekonomi yang telah sedemikian terbatas. Dan sayangnya, hilangnya akses tersebut justru disebabkan oleh modal itu sendiri.

Jika kita mencermati konsep alienasi yang dirumuskan Marx pada periode kapitalisme klasik (awal), sesungguhnya alienasi itu kini tertransformasi ke dalam diri manusia hampir secara umum. Alienasi yang terjadi kini adalah, bahwa konsumerisme telah mengalihkan kesadaran manusia dari kesadarannya yang sebenarnya. Dalam konteks ini, alienasi Marx masih relevan adanya meksipun pengertiannya sedikit bergeser. Artinya, alienasi dalam konteks kapitalisme mutakhir adalah sebentuk kesadaran (akan) kebendaan. Kesadaran kebendaan tiada lain kecuali itu dihasilkan dari kebutuhan-kebutuhan palsu, Dengan kata lain, kapitalisme mutakhir menciptakan kebutuhan-kebutuhan palsu yang divisualisasikan melalui imej-imej, sehingga kesadaran manusia yang sebenarnya. Akhir kata, konsep kapitalisme kekinian yang telah menyimpang jauh dari esensi awalnya, membawa konsekuensi logis yang tidak terperi dalam peradaban manusia beberapa dekade terakhir.

Sehingga kapitalisme dalam konteks kekinian lebih menitik beratkan pada cara hidup yang konsumerisme. Dimana, orang kaya akan tetap menjadi kaya dan mungkin akan bertambah kaya, dan orang miskin akan bertambah miskin dan mungkin akan semakin melarat. Dengan kata lain, kapitalisme hanya akan menjadi duri dalam daging, dan lebih ganas lagi seperti racun bagi orang yang kurang mampu.

Selengkapnya...

PROSPEK PASAR MODAL INDONESIA 2009

By : Jhonson A. Sutanto

Krisis Subrime mortgage pada medio 2007 yang terjadi di negeri Paman Sam telah memicu krisis ekonomi global. Puncaknya, pada September 2008 beberapa lembaga financial raksasa dunia mengumumkan kebangkrutannya. Selain di Amerika, krisis juga terjadi di kawasan Eropa. Di Inggris, Lembaga pembiayaan Sekaliber Northern Rock juga di ambang kebangkrutan dan memaksa pemerintah Inggris untuk melakukan financial rescue senilai ₤28 miliar. Limbungnya nama-nama besar dalam Industri Financial Dunia tersebut telah menimbulkan kepanikan luar biasa di kalangan investor, yang membuat indeks bursa Dow Jones merosot tajam. jika pada awal 2008, indeks Dow Jones berada pada level 13.056, nmaka pada 28 Oktober 2008 akibat tidak bergairahnya pasar, indeks Dow Jones terjerembab ke level 8.175 atau terkoreksi 37%. Hal yang sama juga menimpa indeks Nasdaq yang pada awal 2008 masih pada kisaran 2,600, pada 24 Oktober 2008 merosot tajam hingga 11,552 atau terkoreksi 40%.

Hal yang sama juga terjadi di Jepang, indeks Nikkei yang pada awal tahun berada di level 14,600 merosot ke level 7,621 pada 28 Oktober 2008 atau terkoreksi 47%. Demikian juga indeks Hang Seng, Hongkong turun dari 27,500 ke level 12,380 atau anjlok 55%. Bagaimana dengan bursa saham Indonesia? Tak pelak, nasib buruk juga menimpa Bursa Efek Indonesia (BEI). Sejalan dengan kejatuhan Dow Jones, harga saham-saham di BEI juga berguguran sebagaiman terlihat dari penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG). IHSG yang pada awal 2008 memasuki masa ke-emasan pada level 2.830, akibat kepanikan investor indeks juga terjerembab ke level 1.174 pada 30 Oktober 2008 atau telah terkoreksi 59%.

Kejatuhan bursa dalam negeri sempat menyita perhatian pemerintah dan memandang perlu untuk segera mengambil langkah-langkah antisipatif guna menenangkan pasar yang semakin panik yakni dengan menutup bursa selama 3 hari dan memberlakukan auto rejection sebesar 10% untuk batas atas dan bawah sebagai antisipasi penurunan indeks lebih dalam. Bahkan pemerintah juga menyediakan dana sebesar Rp4 triliun yang disisihkan dari APBN untuk buy back saham-saham BUMN.

Kinerja Bursa Efek Indonesia

Sebelum badai krisis menghantam bursa Indonesia pada awal September 2008, kinerja BEI boleh dikatakan “mengkilap”. IHSG menunjukkan pertumbuhan positif, dari level 392 pada 2001 menjadi 1.805 pada 2006 dan kembali meningkat menjadi 2.745 pada 2007 atau tumbuh 52%. Sejalan dengan kenaikan IHSG, nilai kapitalisasi pasar rata-rata meningkat 121% per tahun, sebuah nilai yang mencerminkan gairah investasi yang luar biasa. Nilai traksaksi saham yang juga menggambarkan pundi-pundi pendapatan dari pelaku Pedagang Perantara Efek (PPE) sampai Oktober 2008, telah mencapai Rp926 triliun hampir menyamai nilai transaksi tahun 2007 sebesar Rp1.050 triliun. Artinya kegiatan bursa masih bergairah, rata-rata transaksi harian tercatat sebesar Rp4,8 triliun perhari. Penurunan indeks lebih cenderung berasal dari faktor psikologis investor dalam menyelamatkan nilai investasinya. Kondisi demikian terlihat jelas bahwa beberapa emiten BEI dengan fundamental baik (kinerja operasional maupun keuangan) juga tidak luput dari penurunan harga saham.

Kinerja Reksadana

Sementara itu kondisi yang sedikit melegakan terjadi pada kinerja reksadana. Krisis keuangan global yang berimbas pada penurunan IHSG tidak serta merta meluluh-lantahkan kinerja reksadana. Secara keseluruhan kinerja reksadana menurun, Nilai Aktiva Bersih (NAB) tertinggi sebesar Rp97 triliun pada Mei 2008 menurun menjadi Rp72 triliun pada 10 Oktober 2008 atau terkoreksi 26%. Menurunnya NAB lebih disebabkan oleh menurunnya IHSG khususnya pada produk reksadana saham atau reksadana campuran dan bukan semata-mata kasus redemption. Berdasarkan data Badan Pengawas Pasar Modal & Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) pada September 2008 tingkat redemption sebesar Rp6,5 triliun sedangkan tingkat subscription sebesar Rp7,1 triliun dan pada 10 Oktober 2008 redemption sebesar Rp1,7 triliun dan subscription sebesar Rp1,3 triliun.

Prospek Pasar Modal Indonesia 2009

Di tengah kondisi pasar keuangan global yang tidak menentu yang hingga kini belum ada tanda-tanda kapan krisis keuangan segera berakhir, tidaklah mudah untuk menjawab pertanyaan kapan penurunan harga saham akan menyentuh titik balik. Bahkan seorang analis hebat-pun tidak akan pernah tahu dengan pasti kapan harga saham telah mencapai bottom price. Meskipun demikian pasar modal tak akan pernah ditinggalkan investor, ibarat koin selalu ada sisi yang berbeda. Ketika sejumlah investor pull out di pasar dengan asumsi market sedang tidak bagus dan harga saham terus menurun, akan menjadi kesempatan bagi investor lainnya yang berorientasi jangka panjang untuk membeli saham-saham yang dianggap murah. Jadi kepanikan dan sikap irasionalitas sejumlah investor saat harga turun akan menjadi berkah bagi investor lainnya yang bersikap tenang dan berorientasi jangka panjang.

Pertanyaan selanjutnya bagaimana nasib pasar modal Indonesia tahun 2009? Berdasarkan analisis, kondisi pasar modal 2009 diproyeksikan akan tetap tumbuh, namun tidak sebesar prestasi puncak 2008 dengan indeks mencapai 2.830. Sangat sulit untuk mengerek indeks pada level tersebut dengan pertimbangan, pertama sejumlah investor masih wait and see sampai kondisi benar-benar pulih dan kondusif. Kedua, dengan tingkat suku bunga perbankan yang tinggi dan paket penjaminan dana simpanan mencapai Rp2 miliar atau 20 kali lipat dari kebijakan sebelumnya, mendorong sejumlah investor untuk mengalihkan dananya ke perbankan yang dinilai lebih pasti dan aman. Ketiga, tahun 2009 akan diselenggarakan kegiatan pemilu menjelang akhir tahun, biasanya pelaku pasar modal akan menunggu apakah pemilu berjalan lancar dan damai hingga terbentuknya pemerintahan baru, sebab jika tidak, akan timbul gejolak yang berpengaruh jauh lebih buruk pada pasar modal.

Hingga saat ini, kondisi pasar modal masih belum stabil. Dimana, harga saham-saham masih terus ber-fluktuatif. Sehingga dibutuhkan sumbangsi dari masyarakat untuk tetap percaya kepada paket stimulus ekonomi yang dikeluarkannya. dan mencegah spekulasi terhadap mata uang dalam negeri.

Selengkapnya...

Politik Anggaran untuk Mengentaskan Kemiskinan

Hingga kini kemiskinan masih menjadi masalah utama yang melilit sebagian rakyat di republik ini. Biro Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah penduduk miskin di tahun 2008 hampir mencapai 35 juta (15 persen), sama dengan posisi tahun 2005, atau turun sekitar 6 persen dan tahun 2007. Mengingat kemiskinan merupakan masalah multidimensi, kemiskinan konsumsi saja tidak akan mampu menjelaskan permasalahan kemiskinan yang sebenarnya, dan dalam konteks ini jumlah penduduk miskin sebenarnya lebih besar dan data tersebut.

World Bank menyatakan bahwa persoalan kemiskinan berkaitan dengan ide politik dan sosial yang merefleksikan harapan-harapan dan aspirasi masyarakat. Misalnya, jika masyarakat seharusnya mampu mencukupi kebutuhan pangan, memberikan pendidikan yang layak pada anak-anak, mendapatkan pelayanan kesehatan, serta mempunyai pekerjaan, maka bila sebagian masyarakat tidak mampu melakukan hal tersebut atau tidak mendapatkan pelayanan yang selayaknya mereka dapatkan, kondisi ini menunjukkan adanya kemiskinan. Juga, jika semua masyarakat seharusnya mampu berpartisipasi dalam kehidupan sosial masyarakat, tetapi jika sebagian di antaranya tidak dapat atau tidak diikutsertakan, maka hal ini menunjukkan pula adanya kemiskinan. Singkatnya, kemiskinan adalah kondisi tidak tercapainya suatu standar kehidupan yang dianggap layak oleh masyarakat, sehingga perlu dihapuskan.

Sejalan dengan pengertian tersebut, Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK), mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Definisi kemiskinan ini beranjak dari pendekatan berbasis hak yang mengakui bahwa masyarakat miskin, baik laki-laki maupun perempuan, mempunyai hak-hak dasar yang sama dengan anggota masyarakat lainnya. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Definisi ini menggariskan bahwa kemiskinan sebenarnya merupakan suatu peristiwa penolakan dan tidak terpenuhinya hak, serta adanya pengakuan bahwa orang miskin terpaksa menjalani kemiskinan dan seringkali mengalami pelanggaran hak yang dapat merendahkan martabatnya sebagai manusia. Oleh karena itu, konsep ini memberikan penegasan terhadap kewajiban negara untuk menghargai, melindungi dan memenuhi hak-hak dasar masyarakat miskin.

Optimalisasi Anggaran untuk Daerah

Namun, jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, kini politik anggaran kita setidaknya mengalami selangkah lebih maju (one step ahead). Hal ini salah satunya dapat dilihat dan political will pemerintah dan DPR untuk mengalokasikan belanja transfer ke daerah lebih besar. Dalam APBN tahun 2009, dana transfer ke daerah mencapai 60 persen. Hal ini urgen dilakukan untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan pembangunan di daerah. Dana transfer ke daerah antara lain berupa Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK). Selanjutnya, sejak tahun 2002, juga diberikan transfer dalam bentuk Dana Otonomi Khusus dan Dana Penyesuaian.

Sebagaimana diketahui, penguatan komitmen politik anggaran daerah setidaknya dicerminkan oleh beberapa indikator sebagai berikut, pertama, secara bertahap porsi anggaran pembangunan daerah haruslah meningkat dalam APBN dengan tingkat idealitas pada titik 65 % untuk daerah dan 35 % untuk pusat. Kedua, adanya pemerataan pembangunan yang berdimensi kewilayahan, terutama percepatan pembangunan di Kawasan Timur Indonesia. Saat ini kita memiliki kawasan tertinggal dengan sebaran 123 Kabupaten (63%) di kawasan Timur Indonesia, 58 Kabupaten (28%) di Pulau Sumatera, dan 8 Kabupaten (8%) di Pulau Jawa dan Bali. Ditambah lagi kawasan lainnya yang belum tersentuh pelayanan dan jaringan sosial, ekonomi maupun politik yang dihuni oleh Komunitas Adat Terpencil berupa kelompok-kelompok sosial budaya yang bersifat lokal dan terpencar.

Ketiga, alokasi anggaran nasional yang diarahkan untuk pengembangan pertumbuhan ekonomi pada tingkat grass root di kecamatan dan desa. Sehingga akan menjadi trigger bagi munculnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi masyarakat. Fokus pembangunan bisa diarahkan pada: (a) Pembangunan sarana dan prasarana; (b) Pembangunan sistem agribisnis; (c) Pengembangan industri kecil dan rumah tangga; (d) Penguasaan teknologi tepat guna; (e) Penguatan kelembagaan ekonomi masyarakat dan pengelolaan pemerintahan desa yang baik; (f) Penyediaan akses pemasaran dan pengembangan jaringan produksi; serta (g) Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan.

Keempat, dorongan untuk melakukan investasi yang dipusatkan di daerah, di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Investasi di daerah sangatlah penting dalam rangka memicu pertumbuhan ekonomi masyarakat. Sedikitnya investasi itu akan membawa dampak positif bagi daerah dalam hal: pembukaan lapangan kerja sehingga bisa menurunkan angka penggangguran, meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga mampu mengurangi angka kemiskinan, serta berkontribusi pula dalam menurunkan laju urbanisasi karena dengan investasi pada akhirnya daerah memiliki magnitude tersendiri guna mendorong pelaku ekonomi dan masyarakat untuk berkiprah membangun daerahnya.

Kebijakan tersebut dimaksudkan untuk mendorong percepatan ekonomi di level lokal agar dapat memungkinkan kebijakan pengentasan kemiskinan lebih efektif. Inilah salah satu bentuk politik anggaran untuk menciptakan penganggaran publik yang pro-poor. Politik anggaran yang berpihak pada kaum miskin akan menggeser orientasi anggaran dan stabilitas moneter ke arah ekspansi fiskal bagi pengurangan kemiskinan. Politik anggaran ini akan berpihak pada perluasan belanja sosial yang akan menjadi benchmark bagi daerah-daerah otonom di tingkat lokal. Pro poor budget, dengan demikian, tidak akan dimaknai sebagai “alokasi karitatif sebagian (kecil) anggaran untuk kelompok miskin” seperti yang terjadi dalam program transfer tunai yang tengah berlangsung. Alih-alih, pro poor budget akan berkonotasi pada perluasan alokasi anggaran untuk investasi yang memungkinkan warga negara untuk keluar dari kemiskinan. Investasi pendidikan, kesehatan, jaminan sosial serta penciptaan daya kerja akan menjadi ujung tombak utama dalam politik anggaran ini.

By: Jhonson A. Sutanto

Selengkapnya...

Kilas Balik Krisis Global Desember 2008

Krisis global membuat pemerintah terus menghitung segala kemungkinan yang bisa meminimalkan dampak negatifnya. Diprediksi krisis masih terjadi tahun depan. Tahun 2008 sebentar lagi berakhir, fajar tahun 2009 segera menyongsong. Berbagai peristiwa ekonomi telah terjadi di sepanjang tahun ini. Tidak jarang peristiwa tersebut menjadi isu hangat yang menjadi perhatian khalayak. Sudah lazim pula di penghujung tahun orang sering mencoba berefleksi atas berbagai peristiwa yang telah terjadi. Untuk itu, tidak ada salahnya jika kita mencoba membangunkan kembali "hasrat" ingatan kita tentang berbagai peristiwa tersebut

Saat akan memasuki tahun 2008. perekonomian Indonesia diliputi optimisme. Bermodal pencapai pertumbuhan ekonomi 2007 yang menyentuh 6,3% dan inflasi 6,59%, pemerintah yakin bisa mengulang kesuksesan tersebut. Atas dasar itu pula pemerintah menaruh angka 6,8% sebagai target pencapaian pertumbuhan ekonomi pada 2008 dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Adapun laju inflasi diperkirakan hanya akan mencapai 6%. Ya, itulah obsesi yang semula "dipancang" dalam APBN. Namun, ketika pasar global bergejolak di penghujung tahun lalu, optimisme itu pun akhirnya runtuh satu per satu

Setidaknya, kondisi ini mengingatkan banyak orang dengan sejarah gejolak harga minyak mentah dunia yang terjadi padal974yang dikenal dengan sebutan shock oil Kejadian tersebut disebabkanfaktor geopolitik akibat perang Arab-Israel yang disusul dengan embargo minyak oleh negara-negara Arab. Gejolak harga minyak mentah dunia yang terjadi sangat signifikan. Peristiwa itulah yang membuat Pemerintah Indonesia untuk pertama kalinya memberikan subsidi ba-han bakar minyak. Begitu pula pada 1979 ketika terjadi Revolusi Iran dan Perang Irak-Iran, terjadi pula gejolak harga minyak mentah akibat pasokan minyak dunia terhambat.Gejolak minyak 1974 dan 1979 itu telah memicu resesi dengan jatuhnya pertumbuhan ekonomi dunia masing-masing di bawah 2% dan 1,1 %.

Sementara itu, krisis yang bermula dari kredit macet perumahan (subpnme mon-Rage) di Amerika Serikat (AS) mulai dirasakan sejumlah negara. Indonesia pun secara perlahan tapi pasti tidak luput dari ekses volatilitas di pasar global. Sebagai langkah antisipasi, sejak "dini" pemerintah terpaksa merevisi APBN 2008. Bahkan akibat ketidakjelasan kondisi pasar global, pada pertengahan 2008 pemerintah kembali merevisi asumsi makroekonomi dalam APBN. Dalam revisi APBN pertama, pemerintah mengubah asumsi harga minyak dari USD60 tiap barelnya menjadi USD95 tiap barel. Dalam kaitan ini, pemerintah juga menganulir hitungan lifting minyak. Sedianya, pemerintah mematok 1,034 juta barel produksi minyak tiap harinya. Namun, pemerintah merevisinya menjadi 927.000 barel per han. Akhir Mei lalu, ketika harga minyak mentah dunia semakin meroket, pemerintah pun akhirnya menaikkan harga BBM bersubsidi rata-rata 28%.

Harga premium yang semula Rp4.500 per liter naik menjadi Rp6.000 per liter. Solar yang semula Rp4.000 per liter menjadiRp5.500 per liter, sedangkan minyak tanah yang semula Rp2.000 per liter menjadi Rp2.500 per liter. Pada saat itu, patokan harga minyak mentah Indonesia (ICP) adalah USD 95 per barel. Pemerintah dalam APBN-P (Perubahan) 2008 juga mengubah volume bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Sedianya pemerintah hanya menyediakan 35,8 juta kiloliter BBM bersubsidi, diganti men-jadi 39 juta kiloliter. Sementara program konversi minyak tanah ke elpiji yang sedianya ditargetkan 2 juta kiloliter diubah menjadi 1 juta kiloliter. Dengan adanya perubahan ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani saat itu mengungkapkan, bila ada langkah pengamanan, defisit bisa ditekan menjadi 2,1 % dari PDB atau sebesar Rp89,l triliun.

Perubahan asumsi makroekonomi dalam APBN-P itu merupakan langkah antisipasi pengaman terhadap gejolak pasar. Jika pemerintah tidak melakukan tindakan pengamanan, diperkirakan pendapatan negara hanya mencapai Rp786,4 triliun. Namun bila dalam APBN-P dilakukan langkah pengamanan, pendapatan negara ditargetkan meningkat menjadi Rp825,8 triliun. Di sisi lain lewat langkah pengamanan, belanja pengamanan bisa diselamatkan menjadi Rp914,9 triliun.

Selain perubahan APBN 2008 lebih awal, pemerintah juga sudah mempersiapkan sembilan langkah pengamanan guna menekan dampak krisis global ini.Termasuk di dalamnya dua langkah menyangkut masalah pangan, yaitu pengurangan beban pajak atas komoditas pangan strategis dan penambahan subsidi pangan. Namun, sembilan langkah dan perubahan APBN 2008 tersebut temyata belum bisa mengamankan perekonomian Indonesia saat itu.Bahkan, ketika kenaikan harga minyak saat itu terus tak terkendali, akhirnya pemerintah meminta agar APBN-P diubah kembali.

Kondisi pasar global yang tidak mendukung saat itu membuat kondisi perekonomian 2008 "kocar-kacir". Setelah APBN mengalami beberapa kali perubahan, Indonesia juga kembali menghadapi badai di pasar modal. Saat itu harga beberapa saham di Indonesia mengalami penurunan cukup berarti. Untukmengatasi penurunan harga saham ini pemennt ah terpaksa menghentikan transaksi (suspend) di pasar saham untuk kurun beberapa hari. Suspensi ini dilakukan setelah melihat jatuhnya IHSG sebesar 10,38°° di pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) serta kondisi pasar saham regional yang belum menandakan titik cerah.

Beberapa saham utama seperti Nikkei Jepang, dan Straits Times Index Singapura turun ke level terendah dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Tidak berhenti di situ, perlambatan ekonomi global pun mulai mengancam sektor riil di Indonesia. Industri kerajinan, manufaktur hingga pertanian kembali mengalami ujian yang cukup berat. Pasar ekspor bagi komoditas ini pun mulai menyusut satu per satu. AS sebagai salah satu tujuan ekspor utama tidak lagi mampu menyerap komoditas ekspor Indonesia. Ujung-ujungnya, industri di Tanah Air pun semakin limbung. Banyak perusahaan harus melakukan penghematan dengan menahan laju ekspansinya Bahkan ada beberapa perusahaan yang terpaksa merumahkan karyawannya atau melakukan pemutusan hubungan kerja guna menghemat cost produksinya.

Setidaknya, krisis global yang terjadi saat im menjadi salah satu sumber yang cukup memberatkan pada 2008 ini. Apalagi, perlambatan perekonomian itu masih terasa hingga awal 2009 ini. Untuk itu, mari kita tingkatkan gairah perekonomian di tahin 2009 ini.

By: Jhonson A. Sutanto

Selengkapnya...